Kekosongan Tahta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Kalpataru: Sebuah Fenomena atau Tantangan?

Pojok Kampus

Kekosongan kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Kalpataru menjadi topik hangat yang tengah ramai diperbincangkan. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan tanda tanya besar mengenai peran mahasiswa dalam dinamika organisasi kampus, tetapi juga mengungkap berbagai tantangan yang harus segera diatasi. BEM sebagai representasi suara mahasiswa memiliki peran vital dalam membangun iklim organisasi yang sehat, dinamis, dan progresif. Lalu, apa penyebab kekosongan tahta ini, dan bagaimana solusinya? Mari kita telusuri lebih dalam.

 

Penyebab Kekosongan Tahta BEM

1. Minimnya Partisipasi Mahasiswa

Salah satu faktor utama adalah rendahnya minat dan partisipasi mahasiswa untuk terlibat dalam organisasi kampus. Banyak mahasiswa yang lebih fokus pada aspek akademik dan cenderung mengabaikan peran strategis organisasi seperti BEM.

2. Kurangnya Regenerasi Kepemimpinan

Regenerasi kepemimpinan sering kali menjadi tantangan di beberapa organisasi mahasiswa. Minimnya kaderisasi yang efektif membuat proses transfer kepemimpinan tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, tidak ada calon yang cukup siap dan kompeten untuk mengisi posisi strategis dalam BEM.

3. Krisis Kepedulian dan Solidaritas

Mahasiswa sebagai agent of change seharusnya memiliki semangat solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan kampus. Namun, rendahnya rasa memiliki terhadap organisasi menyebabkan mahasiswa cenderung bersikap pasif.

4. Sistem Pemilihan yang Kurang Efektif

Proses pemilihan pemimpin BEM yang mungkin tidak transparan atau kurang menarik dapat menjadi faktor lain. Sistem pemilihan yang membosankan atau tidak melibatkan mahasiswa secara aktif berkontribusi pada situasi ini.

 

Dampak Kekosongan Kepemimpinan

Kekosongan kepemimpinan di BEM tentu berdampak signifikan terhadap kehidupan organisasi dan kampus secara keseluruhan. Beberapa dampak tersebut antara lain:

1. Stagnasi Program Kerja

Tanpa kepemimpinan yang jelas, program kerja yang telah direncanakan akan tertunda atau bahkan terbengkalai.

2. Minimnya Representasi Mahasiswa

BEM sebagai wadah untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa menjadi tidak efektif. Suara mahasiswa tidak tersampaikan ke pihak kampus.

3. Menurunnya Semangat Berorganisasi

Ketidakhadiran pemimpin dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan organisasi.

4. Citra Kampus yang Terkesan Pasif

Kampus yang tidak aktif secara organisasi akan terlihat kurang dinamis dan progresif di mata pihak internal maupun eksternal.

 

Kekosongan tahta BEM STIE Kalpataru adalah tantangan yang harus segera ditangani bersama. Sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa memiliki tanggung jawab besar untuk aktif berpartisipasi dalam organisasi yang menjadi cerminan demokrasi kampus. Dengan revitalisasi kaderisasi, peningkatan kesadaran, serta dukungan dari seluruh pihak, BEM STIE Kalpataru dapat kembali menjadi pusat gerakan positif yang membangun kampus lebih maju, dinamis, dan berkualitas.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *